Dampak strict parent mempengarahui pertumbuhan anak-anak dengan berbagai factor di sekitarnya. Dalam konteks pola asuh, penggunaan ketegasan masih bersifat samar-samar dan subjektif karena belum ada pedoman formal mengenai pola pengasuhan.
Pola asuh yang ketat merupakan pola asuh orang tua yang ketat yang mencakup berbagai aturan dan batasan ketat terhadap anak. Kekakuan ini bisa berupa perilaku, keputusan, aktivitas, ideologi, bahkan rutinitas. Meskipun tidak ada definisi formal tentang orang tua yang tegas, ada beberapa ciri umum. Salah satu cirinya adalah aturan ketat tidak bisa dinegosiasikan oleh anak.
Dampak Strict Parent untuk Pertumbuhan Anak
Setiap gaya pengasuhan orang tua tentunya akan memberikan dampak yang besar terhadap tumbuh kembang seorang anak, berikut dampaknya:
1. Kepuasan Hidup Lebih Rendah
Pola asuh yang terkesan otoriter ini dapat mempengaruhi tingkat kepuasan hidup anak. Anak akan menjadi lebih stres dan tertekan sehingga tidak bisa menikmati kehidupannya sehari-hari, karena penuh dengan aturan.
Jurnal ilmiah berjudul The power of authoritative parenting: A cross-national study of effect of paparan gaya pengasuhan yang berbeda terhadap kepuasan hidup telah dipublikasikan di Children and Youth Services Review.
Hasil penelitian di 10 negara di Eropa Tenggara menunjukkan remaja umur 14 – 29 tahun. Penelitian tersebut mensurvei bagaimana kehidupan masa kanak-kanak yang diasuh oleh orang tua yang ketat.
2. Ketergantungan Berlebihan Dan Tidak Mandiri
Dampak strict parent pada anak selalu diberi tahu apa yang harus dilakukan dan tidak diberi kesempatan untuk membuat keputusan sendiri dapat menjadi terlalu bergantung pada orang lain ketika sudah dewasa. Berbeda dengan anak dibesarkan oleh orang tua pada umumnya, ia dibesarkan oleh orang tua yang tegas biasanya tidak terdorong untuk bertindak secara mandiri.
Ini membuat anak tidak pernah benar-benar belajar bagaimana menetapkan batasan dan standar pribadi ia sendiri. Kurangnya kemandirian ini pada akhirnya dapat menyebabkan masalah ketika orang tua atau figur otoritas tidak ada di sekitarnya.
3. Perilaku Menjadi Bermasalah
Mengutip American Psychological Association, sebuat penelitian terhadap 600 anak berusia 8 hingga 10 tahun membuktikan bahwa anak yang memiliki orang tua cukup ketat mengalami masalah perilaku yang paling banyak.
Dalam penelitian tersebut, dampak strict parent cukup tegas menjadikan anak-anak berperilaku lebih suka menantang, hiperaktif, agresif, dan perilaku antisosial. Anak-anak juga memiliki kesulitan dalam mengendalikan emosi dan lebih sedikit berperilaku secara prososial layaknya anak pada umumnya.
4. Menimbulkan Depresi
Bahaya anak-anak memiliki orangtua super ketat, yakni lebih rentan mengalami depresi. Bagaimana tidak, orangtua mendamaikan pada hal-hal dilakukan tetap seperti yang anak minta. Jika anak-anak berbuat kesalahan, orang tua akan dengan cepat memberikan hukuman fisik kepada si Kecil.
Saat ada di rumah, anak-anak memiliki batasan telah ditetapkan sepihak oleh orang tua. Selain itu, ia juga mendikte apa yang harus dilakukan dan bagaimana ia harus melakukannya. Menurut University of Georgia, hal ini terjadi ketika anak-anak telah mencapai usia remaja dan menjadi mandiri.
Dampak strict parent adalah banyak hal belum sempat ia pelajari, termasuk cara mengedalikan emosi dan membuat keputusan terbaik sendiri.
Jadi, ketika orangtuanya sendiri terlalu mendikte dan mengekang, ia tidak mampu belajar dengan baik bagaimana harus mengedalikan emosi serta membuat keputusan dalam hidupnya.
5. Anak Menjadi Pemberontak
Kontrol selalu memungkinkan, jadi yakinlah bahwa akan ada beberapa anggota di komunitas. Anak juga mungkin memiliki perilaku yang lebih agresif terhadap orang lain. Selain itu bisa juga timbul gejala masalah kepribadian seperti hiperaktif dan masalah perilaku hingga kesulitan dalam mengedalikan diri. Kedepannya ini bisa memicu perilaku risiko seperti substansi atau masalah dengan hukum.
6. Kurangnya Kemampuan Sosial
Dampak strict parent jika terlalu sering diisolasi atau dilarang berinteraksi dengan teman-temannya, ia mungkin tidak mengembangkan keterampilan sosial diperlukan untuk berinteraksi dengan orang lain.
7. Anak Lebih Suka Berbohong
Ketika orang tua mendisiplinkan anaknya dengan cara yang keras dan penuh pengekangan bahkan tanpa kasih sayang, maka rasa takut dalam diri anak juga akan muncul. Sehingga, ia akan berusaha untuk menghindari hukuman-hukuman tersebut, salah satu caranya adalah dengan berbohong. Contohnya, ketika orang tua sangat tegas mempermalukan anaknya di luar rumah, maka ia cenderung akan diterima dengan baik di luar rumah.
Sebab dia takut akan dipermalukan di depan umum. Dampak strict parent sesampainya di rumah, anak bisa kembali melakukan hal-hal buruk ataupun melanggar aturan yang telah dibuat oleh orang tua. Sifat gemar berbohong ini juga dapat muncul karena ia tidak diberikan kesempatan oleh orang tua untuk mengungkapkan kejujurannya.
8. Menjadi Anak yang Suka Melakukan Bullying
Dampak dari pola asuh otoriter dari orang tua bersifat keras adalah mengundang sifat pengganggu dalam diri anak. Hal ini dikarenakan, ia melihat cara keras dan hukuman fisik dilakukan oleh orang tua pada dirinya. Sehingga, ia akan menganggap bahwa perlakuan kejam tersebut merupakan hal wajar.
Pada akhirnya, anak akan menjadi sosok keras dan pemaksa untuk mendapatkan apa ia inginkan, seperti cara mengasuh orang tua. Pola asuh otoriter dan orang tua yang tegas akan menyebabkan anak menjadi sosok pelaku perundungan atau bullying dari dampak strict parent.